“Kepemimpinan”
Disusun sebagai
Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Manajemen
Dosen Pengampu :
Drs. Hamron Z, M. Si
Oleh Kelompok 2
:
Erna Wati 12.0102.0016
Siwi Nurul Sarifah 12.0102.0019
Siti Sarifah 12.0102.0020
Ratih Sawitri 12.0102.0041
Yuni Listiyani 12.0102.0060
Listianadzul Helmi 12.0102.0062
Ika Royani 12.0102.0076
PROGRAM STUDI
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAGELANG
A. MENDEFINISIKAN
KEPEMIMPINAN
Dalam
surveinya mengenai teori dan penelitian kepemimpinan, Ralph M. Stogdill
mengemukakan bahwa “terdapat definisi mengenai kepemimpinan yang berbeda hampir
sebanyak orang berusaha mendefinisikan konsep tersebut.” Kami akan mendefinisikan
kepemimpinan manajerial sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas
yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok.
Ada
empat implikasi penting dalam definisi kita ini.
1. Kepemimpinan
melibatkan orang lain--karyawan atau
pengikut. Dengan kemauan mereka menerima pengarahan dari pemimpin, anggota
kelompok membantu mendefinisikan status pemimpin dan membuat proses
kepemimpinan menjadi mungkin, tanpa orang lain yang dipimpin, semua mutu
kepemimpinan dari seorang manajer menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan
melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota
kelompok. Anggota kelompok bukannya tanpa kekuasaan, mereka dapat dan membentuk
aktivitas kelompok dengan berbagai cara. Sekalipun demikian, pemimpin biasanya
mempunyai kekuasaan lebih besar.
3. Kemampuan
menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi tingkah laku pengikut
dengan berbagai cara. Kekuasaan mempengaruhi membawa kita ke aspek keempat dari
kepemimpinan.
4. Menggabungkan
tiga aspek pertama dan mengakui bahwa kepemimpinan adalah mengenai nilai.
James McGregor Burns mengatakan bahwa pemimpin
yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam sejarah dikenang
sebagai penjahat, atau lebih jelek lagi. Kepemimpinan moral menyangkut
nilai-nilai dan persyaratan bahwa para pengikut diberi cukup pengetahuan mengenai
alternatif agar dapat membuat pilihan yang telah dipertimbangkan kalau tiba
saatnya memberikan respons pada usulan pemimpin untuk memimpin.
Kepemimpinan
dan manajemen bukan konsep yang sama. Warren Bennis mengatakan bahwa kebanyakan
organisasi terlalu banyak dikelola
(overmanaged) dan terlalu sedikit
dipimpin (underled). Seseorang dapat menjadi manajer yang efektif—seorang
ahli membuat rencana dan administrator yang adil dan teratur—tetapi kurang
dalam ketrampilan membangkitkan motivasi dari seorang pemimpin. Orang lain
dapat menjadi pemimpin yang efektif—terampil dalam membangkitkan antusias dan
kesetiaan—tetapi kurang dalam ketrampilan manajerial untuk menyalurkan energi
yang mereka timbulkan dalam diri orang lain.
B.
PENDEKATAN PADA TEORI KEPEMIMPINAN
Pendekatan
Pada Sifat Kepemimpinan
Pendekatan
ini mengasumsikan bahwa pemimpin mempunyai beberapa sifat kepribadian sama yang
dibawa sejak lahir. Pandangan ini—bahwa pemimpin dilahirkan, bukan
dibuat, masih popular diantara orang banyak, walaupun tidak di antara peneliti
profesional. Dua pendekatan dalam
mencari sifat kepemimpinan :
1. Pemimpin dan Bukan Pemimpin
Beberapa
penelitian mengenai sifat kepemimpinan termasuk dalam kategori pertama. Akan
tetapi, kebanyakan mereka gagal untuk mengungkapkan sifat yang jelas dan
konsisten membedakan pemimpin dan pengikut. Memang benar bahwa kelompok
pemimpin lebih cerah, lebih terbuka, dan lebih percaya diri daripada bukan
pemimpin. Mereka juga cenderung untuk lebih tinggi. Tetapi walaupun jutaan
orang memiliki sifat-sifat ini, kebanyakan mereka tidak pernah mencapai posisi
pemimpin. Dan banyak pemimpin yang tidak mempunyai sifat-sifat ini. Dapat juga
seseorang menjadi lebih asertif dan percaya diri setelah mereka mencapai posisi
pemimpin, jadi beberapa sifat yang dikenai itu dapat merupakan hasil pengalaman memimpin, bukannya penyebab kemampuan kepemimpinan.
Walaupun ukuran kepribadian mungkin suatu hari cukup akurat untuk mengisolasi
sifat-sifat pemimpin, bukti sejauh ini mengatakan bahwa orang yang tampil
sebagai pemimpin tidak mempunyai kumpulan sifat-sifat yang jelas membedakannya
dari buka pemimpin.
2. Pemimpin Efektif dan Tidak Efektif
Usaha
untuk membandingkan karakteristik pemimpin efektif dan tidak efektif lebih mutakhir dan jumlahnya lebih
sedikit, tetapi penelitian ini juga pada umumnya gagal memisahkan sifat yang
berkaitan erat dengan kepemimpinan yang sukses. Salah satu penelitian menemukan
bahwa intelejensia, inisiatif, dan kepercayaan diri berkaitan dengan tingkat
manajerial dan prestasi kerja yang tinggi. Akan tetapi, penelitian ini juga
menemukan bahwa faktor tunggal terpenting yang berkaitan tidak tingkat
manajerial dan prestasi kerja adalah kemampuan supervisori dari manajer
tersebut—artinya, ketrampilannya dalam menggunakan metode supervisori secara
memadai untuk situasi tertentu.
Beberapa
peneliti juga menemukan bahwa walaupun kaum wanita masih lebih jarang tampil
sebagai pemimpin dibandingkan kaum pria, mereka sama efektifnya kalau memang
sudah menjadi pemimpin. Walaupun semakin banyak orang yang percaya pada
kesamaan dari kemampuan dan peluang, pandangan stereotype seksual, seringkali
tanpa disadari, masih selalu menghambat pengakuan wanita sebagai pemimpin
potensial. Kaum wanita yang benar-benar menjadi pemimpin tidak hanya sama baik
prestasinya dengan kaum pria menurut pengakuan obyektif, tetapi juga pada
umumnya dianggap sama efektifnya oleh karyawan mereka.
Pendekatan Tingkah Laku Pada
Kepemimpinan
Ketika
terbukti bahwa pemimpin efektif tampaknya tidak mempunyai sifat-sifat tertentu
yang membedakan, para peneliti mencoba memisahkan karakteristik tingkah laku dari pemimpin efektif.
Ø
Fungsi
Kepemimpinan
Leadership
functions (fungsi kepemimpinan) adalah aktivitas yang dipertahankan kelompok
dan berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh pemimpin, atau
seseorang lain, agar kelompok dapat berfungsi secara efektif.
Para
peneliti yang mengamati fungsi kepemimpinan sampai pada kesimpulan bahwa agar
beroperasi secara efektif kelompok memerlukan seseorang untuk melakukan dua
fungsi utama : fungsi yang berhubungan dengan tugas atau memecahkan masalah dan
fungsi memelihara kelompok atau sosial. Fungsi memelihara kelompok termasuk
tindakan seperti menengahi perselisihan dan memastikan bahwa individu merasa
dihargai oleh kelompok.
Ø
Gaya
Kepemimpinan
Leadership
styles (gaya kepemimpinan) yaitu berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh
pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.
Kedua
fungsi kepemimpinan—berhubungan dengan tugas dan pemeliharaan
kelompok—cenderung diekspresikan dalam dua gaya kepemimpinan yang berbeda.
Manajer yang mempunyai gaya berorientasi pada tugas mengawasi karyawan secara
ketat untuk memastikan tugas dilaksanakan dengan memuaskan. Pelaksanaan tugas
lebih ditekankan daripada pertumbuhan karyawan atau kepuasan pribadi. Manajer
dengan gaya berorientasi pada karyawan lebih menekankan pada memotivasi
ketimbang mengendalikan bawahan. Mereka mencari hubungan bersahabat, saling percaya,
dan saling menghargai dengan karyawan yang sering kali diizinkan untuk
berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi mereka. Kebanyakan
manajer menggunakan paling tidak sedikit dari kedua gaya ini, tetapi lebih
menekankan pada tugas atau karyawan.
Bagaimana
manager memimpin tidak diragukan lagi terutama dipengaruhi oleh latar belakang,
nilai-nilai, dan pengalamannya (kekuasaan yang ada di tangan manajer). Tetapi
karakteristik anak buah juga harus dipertimbangkan sebelum manajer dapat memilih
gaya kepemimpinan yang tepat. Menurut Tannembaum dan Schmidt, seorang manajer
dapat memberikan partisipasi dan kebebasan yang lebih besar kalau karyawan
meminta kemandirian dan kebebasan bertindak, ingin memperoleh tanggung jawab
dalam membuat keputusan, mendukung sasaran organisasi, cukup berpengetahuan dan
berpengalaman untuk menangani masalah secara efisien, dan mempunyai pengalaman
yang membuat mereka mengharapkan manajemen partisipatif. Kalau persyaratan ini
tidak ada, manajer mula-mula harus mengandalkan gaya yang lebih otoriter.
Mereka dapat mendefinisi tingkah laku kepemimpinan setelah karyawan merasa
lebih percaya diri, lebih terampil, dan memberikan komitmen terhadap
organisasi.
Akhirnya,
pilihan gaya kepemimpinan manajer harus memperhitungkan kekuasaan situasional
seperti gaya yang dikehendaki oleh organisasi, ukuran dan kekompakan kelompok
kerja tertentu, sifat tugas kelompok, tekanan waktu, dan bahkan faktor
lingkungan—semuanya dapat mempengaruhi sikap anggota organisasi terhadap
wewenang. Kebanyakan manajer, misalnya, cenderung kearah gaya kepemimpinan yang
disukai oleh eksekutif puncak dari organisasi tersebut.
Ø Kepemimpinan
Berorientasi pada Karyawan dan TQM
Beberapa aspek dan gerakan ke arah mutu seirama dengan
gaya kempemimpinan berorientasi ada karyawan. Misalnya di bawah manajer TQM
prioritas disusun ulang.
Fungsi membuat keputusan dan pengendalian berkurang, sedangkan
peran mereka sebagai pembimbing diperluas.
Perusahaan memperlakukan orang-orangnya sebagai sumber
daya manusia yang harus dihargai ketimbang hanya sebagai sumber biaya tenaga
kerja yang harus diminimalkan. Komitmen yang tinggi dan motivasi menyebabkan
naiknya mutu secara keseluruhan dan kemampuan bertahan untuk mencapai sasaran
jangka panjang.
Ø Kisi-Kisi
Manajerial
Manajerial Grid (Kisi-kisi manajerial) adalah diagram
yang dikembangkan oleh Blake dan Mounton yang mengukur perhatian relatif
seorang manajer terhadap manusia dan produksi.
1. Manajemen Klub
Perhatian tinggi untuk karyawan tetapi rendah untuk
produksi
2. Manajemen Tim
Perhatian tinggi untuk produksi serta moral dan kepuasan
karyawan.
3. Manajemen di Persimpangan Jalan
Perhatian sedang untuk produksi dan kepuasan karyawan.
4. Manajemen acuh tak acuh
Perhatian rencah pada manusia dan perhatian rencdah pada
tugas atau produksi
5. Manajemen otoriter
Perhatian tinggi pada produksi dan efisien tetapi
perhatian rendah pada karyawan.
Pendekatan Kontingensi Pada Kepemimpinan
Pendekatan
kontingensi merupakan pandangan bahwa teknik manajemen yang paling baik
memberikan kontribusi
untuk pencapaian sasaran organisasi mungkin bervariasi dalam situasi atau
lingkungan yang berbeda juga disebut pendekatan situasional. Teori ini
memfokuskan pada faktor-faktor berikut:
1. Tuntutan
tugas
2. Harapan
dan tingkah laku rekan setingkat
3.
Karakteristik,harapan dan tingkah laku karyawan
4. Budaya
organisasi dan kebijakannya
Ø Model
Kepemimpinan Situasional dari Hersey dan Blanchard
Teori
kepemimpinan situasional adalah pendekatan kepemimpinan yang dikembangkan oleh
Hersey and Blanchard yang menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan
gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaan, pengalaman, kemampuan, dan kemauan
dari bawahan, mereka yang terus
berubah.
Ø Gaya
Kepemimpinan dan Situasi Kerja Model Fiedler
Gaya pemimpin yang dibedakan oleh Fiedler serupa dengan
gaya yang berorientasi pada karyawan dan beorientasi pada tugas.
Least prefered co-worker (rekan sekerja yang paling tidak
disukai) merupakan alat pengukur Fiedler untuk menempatkan seorang manajer pada
kontinum gaya kepemimpinan.
Mutu hubungan pemimpin-anggota merupakan pengaruh paling
penting terhadap kekuasaan dan efektivitas manajer.
Ø Pendekatan
Jalur Sasaran pada
Kepemimpinan
Teori
kepemimpinan yang menekankan peran pemimpin dalam menjelaskan kepada
bawahan bagaimana meraka dapat mencapai prestasi kerja tinggi dari imbalan yang
terkait.
Karakteristik Pribadi dari Karyawan
Menurut
House, gaya
kepemimpinan yang disukai oleh karyawan sebagian akan ditentukan oleh
karakteristik pribadi mereka.
Individu yang merasa yakin tingkah laku mereka mempengaruhi lingkungan, lebih
menyukai gaya kepemimpinan partisipatif. Sedangkan mereka yang
merasa yakin bahwa peristiwa terjadi karena nasib baik atau keberuntungan
cenderung menyukai gaya otoriter.
Ø Tekanan
Lingkungan dan Tuntuan Tempat Kerja
Karyawan yang mempunyai keterampilan dan mampu, seperti
pekerja elektronik mungkin lebih menyukai manajer yang tidak terlalu ketat mengawasi dan
memberi kebebasan kepada mereka untuk mengerjakan pekerjaan tanpa supervisi
yang tidak perlu.
Ø Memutuskan
Kapan untuk Menyertakan Bawahan :Model Vroom-Yetto dan Vroom-Jago
Dalam buku mereka yang terbit 1988, Victor Vroom
dan Arthur Jago melontarkan kritik teori jalur-sasaran karena tidak
memperhitungkan situasi ketika manajer memutuskan untuk melibatkan karyawan.
Sebagai jalan keluarnya mereka memperluas model kepemimpinan situasional klasik
dari Vroom-Yetton untuk menyertakan perhatian terhadap mutu dan penerimaan
keputusan. Vroom dan Jago berhipotesis bahwa efektivitas keputusan tergantung pada
mutu keputusan,
komitmen pada keputusan dan waktu yang diperlukan untuk membuat keputusan.
Mereka juga yakin bahwa efektivitas keseluruhan dari kepemimpinan adalah fungsi
dari efektivtas keputusan dikurangi biaya pengambilan keputusan ditambah nilai
yang direalisasikan dalam pengembangan kemampuan orang dengan cara membuat
keputusan itu mengikat.
Pendekatan Tingkah Laku dari Kouzes-Posner : Keterlibatan Dinamis Lagi
Ø Kebiasaan
mendasar dan tingkah laku pemimpin yang istimewa yaitu:
Menantang
proses
1.
Mencari kesempatan
2.
Percobaan dan mengambil resiko
Memberi
inspirasi visi bersama
3.
Menggambarkan masa depan
4.
Membantu orang lain
Memungkinkan
orang lain bertindak
5.
Mempererat kerja sama
6.
Memperkuat orang lain
Membuat
model pemecahan
7.
Memberi contoh
8.
Merencanakan keberhasilan kecil
Memberi
semangat
9.
Mengakui kontribusi individu
10.
Merayakan prestasi kerja
Ø Masa
Depan Teori Kepemimpinan
1. Teori Bass Mengenai Kepemimpinan Transformasional
Dalam
penjajakannya
terhadap konsep kepemimpinan transformasional. Bernard M Bass membandingkan dua
tipe tingkah laku kepeimpinan,
yaitu
Pemimpin
transaksional, pemimpin yang menentukan apa yang perlu dikerjakan
bawahan untuk mencapai tujuan, mengklasifikasi keperluan tersebut, dan membantu
bawahan menjadi percaya diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan tadi.
Pemimpin
transformasional,
pemimpin yang lewat visi dan energi pribadi, memberi
inspirasi para pengikutnya dan mempunyai dampak besar pada organisasi mereka, juga disebut
pemimpin karismatik.
2. Teori House mengenai Kepemimpinan Karismatik
Teori House
mengemukakan bahwa pemimpin karismatik mempunyai tingkat kekuasaan rujukan yang
sangat tinggi dan bahwa sebagian dari kekuasaan tersebut berasal dari kebutuhan
mereka untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin karismatik mempunyai tingkat kepercayaan diri, dominasi
serta keyakinan yang sangat tinggi akan kebenaran moral dari keyakinannya atau
sekurang-kurangnya kemampuan untuk meyainkan para pengikutnya
bahwa dia memiliki kepercayaan diri dan keyakinan tersebut.
C. TANTANGAN
TERHADAP TEORI KEPEMIMPINAN
Contoh
dari Hitler telah mendorong beberapa orang mengemukakan agar kita
mempertanyakan motif semua pemimpin. Dalam suatu rangkaian studi, ahli teori
Manfred Kets de Vries menyimpulkan bahwa berbagai teori kepemimpinan didasarkan
pada model sifat manusia yang terlalu disederhanakan.
Pendekatan Psikonalitik Terhadap
Kepemimpinan.
Untuk
memahami mengapa beberapa orang menjadi pemimpin, Kets de Vries mengatakan,
kita merlu melakukan tinjauan psikoanalitik. Tinjauan ini, yang ditemukan oleh
Sigmund Freud, mengatakan bahwa banyak tingkah laku manusia dibentuk oleh usaha
bawah sadar untuk memuaskan kebutuhan dan dorongan yang belum terpenuhi. Dengan
perkataan lain, kita mungkin tidak mengetahui mengapa kita melakukan apa yang
kita lakukan. Sesungguhnya, sebagian besar tingkah laku manusia dapat dilacak
berasal dari pengalaman masa anak-anak, yang sulit untuk diingat.
Kets
de Vries menegaskan bahwa penampilan bisa menipu, dan bahwa kita perlu kembali
ke teori yang lebih mendasar dari sifat manusia, kalau kita mau memahami
dinamika kepemimpinan yang rumit.
Romantika Kepemimpinan.
Tantangan
kedua bagi teori kepemimpinan tradisional memfokuskan pada para pengikut—orang
yang mencari pemimpin untuk mendapat penunjuk. Menurut pendapat ini, para
pengikut telah mengembangkan
pandangan yang diromantiskan, atau diidealkan tentang apa yang dilakukan para
pemimpin, prestasi apa yang dapat mereka capai, dan bagaimana mereka dapat
mempengaruhi kehidupan pengikutnya. Pandangan romantis tentang kepemimpinan dan pemimpin
membahas tentang pengikut sama banyak dengan pembahasan tentang pemimpin.
Mungkin saja bahwa orang memerlukan sebuah pandangan romantik mengenai pemimpin
untuk membantu mereka memusatkan perhatian dan mencapai sasaran organisasi.
Jika demikian, pemimpin akan mampu memotivasi dan mempengaruhi hanya sejauh
pengikut masih tetap percaya pada pemimpin itu. Begitu kepercayaan hilang,
efektivitas pemimpin akan hilang, tidak peduli apapun yang bisa dia lakukan.
Romantika kepemimpinan mengatakan bahwa kepemimpinan tidak benar-benar perlu,
tantangan dituntaskan oleh konsep tim atau kelompok yang “mengatur diri sendiri”.
No comments:
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar anda ! Jangan pura-pura buta !